Berlangganan

Ingat Saat kau melupakan do’a mu, disaat itu juga Tuhan mengabulkan





Ingat Saat kau melupakan do’a mu, disaat itu juga Tuhan mengabulkan
menjadi bagian dari seseorang via http://lifechangingfaith.com

Saat kami kecil, bermimpi menjadi dewasa menjadi kewajiban yang menyenangkan. Mencatat dengan bolpoin, mengenakan sepatu hak tinggi, duduk di bangku kuliah dengan tanpa mengenakan seragam, menjadi pusat pehatian, menjadi perhatian oleh seseorang, menjadi tahap  dari kehebatan kehebatan yang tercipta, sampai menjadi separuh jiwa dari seseorang.

    Saya ingin ketidak lebihan yang kumiliki menjadi argumen saya dicintai. Saya ingin mekawin muda.

Cita-cita mengawali dengan berubah saat meninggalkan bangku sekolah. Mendekati bumi nyata, akan- tetapi tetap idealis. Pendidikan, persahabatan, keluarga, cinta, patah hati, penolakan, seluruhnya lebih terbiasa menjadi tak sesuai dengan garis harapan. Menjadi mahasiswa dengan lumayan banyak kawan terlalu menyenangkan, berkompetensi dalam akademis, bersama sama menjalankan suatu organisasi, berkunjung letak - letak baru bersama, membikin jejak ingatan bersama.

Lebih lebih seringkali era depan terbesit saat itu. Berminat dengan seseorang yang diam - diam bisa menjadi spirit disetiap hari. Kata person kami jodoh itu cerminan diri, jadi saat saat menantikan seharusnya dikegunaankan menjadi ajang peningkatan mutu diri. Waktu ini terkadang mempunyai perilaku lain bisa jadi akan- membikinku lebih memikat di matanya. Lebih lebih seringkali kami beruaha membenahi semua ketidak lebihan yang kami sadari dengan melihat segala sesuatu dari aspek pandang lain. Pada akhirnya bisa jadi perlu waktu lebih lama untuk menjadikan diri mendekati baik.

Waktu berlangsung, usia memasuki ukuran dewasa. Terbangun sebenarnya ketidak lebihan yang kami miliki akan- tetap ada, hanya gimana tutorial kami menjadikannya kekuatan serta adanya seseorang yang mendapat.

    Tuhan mengetahuikan saya dengan seseorang lelaki yang tak sempat mau berangkat saat saya menolaknya, ia enjoy dengan ketidak lebihanku, ia mencintai saya dengan ketidak lebihanku

Tidak ada yang lebih menentramkan ketimbang disambut sepenuhnya. Di sini baru saya teringat akan- do'a yang sempat saya panjatkan. Tuhan terlalu baik, memberbagi waktu untuk terlebih dahulu saya mendapat diriku, kemudian memberbagi seseorang yang mendapatku, utuh.