Berlangganan

Karena Dibutuhkan Jiwa yang Besar untuk Mampu Berdamai dengan Masa Lalu





Karena Dibutuhkan Jiwa yang Besar untuk Mampu Berdamai dengan Masa Lalu
puisi perpisahan melalui http://berkerblog.blogspot.com/

Mungkin saya enggak seseorang yang memiliki jiwa yang begitu besar untuk bisa melupakan rasa sakit yang dulu sempat kau torehkan begitu saja di dalam hatiku. Enggak saya menyimpan dendam atas semua yang terjadi, tetapi saya hanya belum sanggup untuk menyembuhkan luka ini. Telah lebih dari satu tahun yang kemudian seusai kepergianmu yang memilih kasihsayang yang lain serta menorehkan luka di hatiku, bisa jadi bibir ini tetap bisa tertawa seolah telah sanggup melupakan semuanya, tetapi terkadang di aspek hati kecil ini tidak mau untuk melupakan semua yang telah terjadi.

    kau bisa jadi bisa menyatakan dengan mudah, Mengapa saya begitu terpuruk serta tidak sanggup melupakan? sedangkan Kebersamaan kami dulu hanya sesaat.

Iya, terbukti kebersamaan kami hanya sesaat, tidak lumayan banyak ingatan yang bisa dikenang tetapi apakah kau tau tatkala itu saya terlalu mensyukuri kehadiranmu sebab kau terindah untukku, sampai pada sebuah saat kau berangkat begitu saja meninggalkan luka dengan semua kedustaanmu. Begitu bodohnya saya tatkala menyadari setiap kedustaan yang terungkap, boleh jadi kedustaan itu tetap ditutupi dengan kedustaan lain, saya tidak sempat tau. Sebab terbukti saya tidak sempat mendengarkan dengan jelas dari mulutmu.

    Bisa jadi mulut ini sanggup menyatakan ikhlas serta sanggup menyatakan telah memaafkan, tetapi boleh jadi hati ini bahkan saya tidak sempat sangatlah tau apakah telah sanggup untuk ikhlas serta memaafkan.

Yang saya tau hanyalah saya ingin tenang serta tersanjung tanpamu, tanpa manusia dikurang lebihmu yang sempat juga menyakitiku. Kendati gimanapun kau tetap kawanku, sebab sebelumnya kami terbukti telah berkawan baik, serta bisa jadi semua ini terjadi dampak dari kepastianku sendiri. Bisa jadi kau merupakan kesalahan paling besar yang sempat saya lakukan. Tetapi sebabmu saya belajar lumayan banyak serta saya seakan-akan disadarkan oleh-Nya sebenarnya saya terbukti harus semakin memantaskan diri enggak justru tergesa-gesa memungut kepastian. Sejujurnya saya tidak sempat ingin rugii pertemuan kita, andaikan ini kesalahan terbesarku bisa jadi ini kesalahan terindah yang mengajarkan saya untuk lebih dewasa.

Aku menuliskan ini enggak bermakna saya tetap menginginkanmu alias saya tidak sanggup untuk semakin menghadapi kehidupanku tanpamu tetapi saya hanya ingin menuliskan apa yang ada dipikiranku serta ini merupakan caraku untuk memulihkan hatiku yang sempat terluka serta saya tetap semakin mencoba untuk sangatlah sanggup berdamai dengan era lalu. Berdamai dengan rasa sakit jadi tidak ada lagi luka sedikit pun tatkala mendengarkan namamu alias semata-mata bertatap muka denganmu. Yah.. saya rutin ingin bersikap sewajarnya tatkala harus bertatap muka denganmu layaknya kawan-kawanku yang lain. Sejujurnya saya merindukan saat-saat itu, saat dimana kami tetap berkawan baik, saat dimana kami rutin bertengkar sebab hal-hal kecil, saat dimana kami saling mengejek.

    Iya, saya kangen saat itu, kangen saat dimana kami tetap menjadi kawan dekat, enggak saat menjadi seseorang kekasih.

Sebab menjadi kekasihmu merupakan sebuah kesalahan, kesalahan yang mengajarkan saya lumayan banyak hal, mengajarkan saya mengenai keikhlasan, mengajarkan saya mengenai rasa syukur, mengajarkan saya mengenai kedewasaan. Mesikipun saya tau belum selengkapnya hatiku sanggup mendapat semua pelajaran itu, tetapi sekiranya saya sempat tau, saya sempat diajarkan oleh pengalaman serta saya sempat serta rutin mencoba untuk mendapat semua yang telah terjadi serta mencoba untuk berdamai dengan semua itu.