Berlangganan

Katakan: Ini Sudah Berakhir, Titik





Katakan: Ini Sudah Berakhir, Titik

Aku tak akan- berhitung berapa lama waktu yg kugunakan menantikanmu. Waktu itu tak akan- kembali. melalui http://ragilarawindaa.blogspot.co.id/

Jadi pada akhirnya saya hingga juga pada saat ini. Enggak saat kembali merindukanmu sebegitu dalam serta larut dalam menantikan. Tapi saat dimana saya bahkan tak lagi tertarik basa-basi semata-mata menyakan berita.Kamu telah tersisa jauh. Ribuan kilo dibelakang, terpendam bersama waktu yang semakin bergerak canggih. Era kemudian tak akan- sempat menang, sebab dirinya rutin tersisa dibelakang. Era lalu? Seakan kami sempat ada saja.Seakan sempat ada yang diperjuangkan bersama-sama. Padahal nyatanya? Ah telahlah kalian telah selesai, titik. Enggak tanda Tanya yg harus kuterka.Bukan tanda koma yang kupaksakan hingga menemukan titik temu. Saya serta kalian terbukti tak sempat seirama. Kalian hanya dating dengan sikap manis dangombalan magis tanpa bermaksud untuk serius. Andaikan saya lihat lagi kebelakang, wajibny adari awal saya tak usah menggubrismu, meladeni lelucon yang rutinku seriusi. Saya telah berhenti menanyakan artitatapan yg lebih terbiasa kalian lemparkan. Akutelah kembali pada tempatku. Tak lagi menantikan kereta di halte bis.

Aku tak akan- berhitung berapa lama waktu yg kugunakan menantikanmu. Waktu itu tak akan- kembali. Tapi andaikan kalian mau tau, kalian akan- menemukan angka lebih dari empat miliyar milisekon detik waktu yang kuhabiskan semenjak pertama saya menyadari ada desir tidak seperti biasanya setiap kali bola mata kami berada pada garis pandang searah.  Saat itu saya piker saya hanya mengagumimu, itu saja. Heran pada setiap inci pribadi yang bahkan baru saya temui dalam hitungan puluhan hari. Hanya sebab kami berjumpa setiap hari, dibumbui tatapan yang kupikir luar biasa, saya sangat cepat mengatakan sebenarnya saya jatuh cinta.Dan faktor paling tak rasional yang saya pikirkan merupakan sebenarnya kami berada pada rasa yang sama. Hanya sebab sikap manismu yang nyatanya ratusan lebih manis padanya. Hanya sebab tatapan sendu yang nyatanya juga kalian bawakan setiap kali berjumpa dengannya. Saya awam serta saya sangat lugu untuk kalian taklukkan dengan tatapan yang nyatanya membikinku luruh itu. Saya menikmatinya seolah saya satu-satunya.



Mereka bilang kami saling jatuh cinta.Dan faktor paling tak rasional yang kedua merupakan saya konfiden begitus aja.Seolah membenarkan sebenarnya saya tak membuat-buat tatkala bias melihat desir yang sama dari tatapan mataitu. Saya mencari pembenaran untuk semakin menantikanmu bahkan mekonfidenkan diriku untuk tetap berdiri disini hingga kalian kembali. Tapi saya lupa, sebenarnya kalian tak akan- sempat mendatangi. Kalian tak akan- sempat kembali sebab saya enggak tempatmu pulang. Saya hanya persimpangan jalan yang kalian lewati sebelum menemukan tujuanmu. Kalian tak sempat mengupayakan aku. Kalian hanya peduli pada egomu serta kepuasanmu menjadikan perasaanku sebagai bahan lelucon yang kalian piker bias membikinku tertawa. Kalian bilang, saya layak menerimakan yang lebih baik. Kalian bilang kami menjadi kawan saja.Itu kalimat-kalimat tak rasional yang kalian ucapkan untuk mengkaji pertanyaan-pertanyaanku. Jawaban yang kalian piker menyelesaikan segalanya. Seusai hari itu, faktor paling tak rasional ketiga yang saya pikirkan merupakan kami bias menjadi kawan baik, kawan share soal sama normalnya sejenis perkawanan lainnya. Tapi toh lagi-lagi kalian gampang  sekali melupakannya. Tetap menganggapku asing serta semakin saja menjadikan perasaanku sebagai lelucon setiap kali kami bertukar berita. Akhirnya saya letih pada sikap tak dewasamu itu. Saya sehingga kehilangan selera untuk semata-mata merindukanmu. Sehingga andaikan telah sejenis ini apakah perasaanku yang sempat menggebu dapat dibilang cinta? Alias apakah sebetulnya semenjak awal saya hanya mengagumimu saja serta yang menjadikan cerita ini berdarah-darah merupakan ketidakrasionalanku saja?Entahlah.

Kamu abu-abu, rutin kelabu hingga kini. Saya juga tak akan- menanyakan kejelasan.  Rasanya kalian terbukti benar, saya layak menerimakan yang lebih baik. Paling tak seseorang yang  tak mengobral gombalan pada wanita lain tatkala telah bertanggung jawab denganku. Era itu telah selesai, saya tak akan- berusaha mekonfidenkanmu sebenarnya saya telah tak lagimenantikan. Kalau'pun kalian tak punya hati untuk menyadari gimana saya sempat begitu lugu menantikan kalian yang nyatanya telah mengenggam ketersanjungan, sekiranya mudah-mudahan kalian tetap punya lumayan akal sehat untuk paham mengapa sikapku menjadi begitu kaku serta hanya mengubris messagemu dengan satu dua huruf saja. Silahkan kalian pergi, terima kasih telah sempat mengisi, semakin genggam ketersanjungan yang kalian konfideni. Jaga wanita yang telah lama bersamamu itu. Tidak boleh mengobral gombalan pada wanita lain lagi. dewasalah, bekerja keras tak sebercanda itu.

Dan hingga pada akhir dari tulisan ini, saya tak merindukanmu.



Untuk kalian yang boleh jadi harus saya sebut sebagai siapa.