Berlangganan

Secangkir Rindu: Nikmati dan Teguklah di Tengah Aroma Hujan





Secangkir Rindu: Nikmati dan Teguklah di Tengah Aroma Hujan
Secangkir kangen untukmu melalui https://c2.staticflickr.com/4/3228/2813614786_2d9f8ede51_b.jpg

    "November rain kembali mengalun, seusai lama tidak kutemui hujan pada malam panjang tandus kemarin."

Apa berita? Masihkah memanggil saya serta kau dengan kita? Saya tetap disini, di letak yang sama, dengan cangkir kopi yang sama, bolehlah angin meniupkan rinduku padamu disana, tidak ingin mengusik, hanya menegur saja.
Semacam yang telah-telah, tidak henti saya meneguk secangkir kangen yang rutin terasa hangat walau dingin menyeruak. Alangkah waktu begitu hebat, walau singkat, ternyata telah sanggup membikinku jatuh hati padamu hanya dalam berbagai kali tatap.


Aku penasaran, apakah kau tetap meneguk cangkir rindumu dengan bau serta rasa yang sama? Apa kau juga penasaran dengan rasa cangkir rinduku?
Rupanya, gerimis payau yang jatuh serta mendarat pada cangkirku telah meningkatkan rasa kenikmatan seduhan kopiku. Mau mencobanya? Pernahkah kau menikmati kopi payau pada malam dingin di tepian jendela kamar? Inilah yang setiap hari kulakukan, mencoba untuk menewaskan kangen yang terus liar menjalar melengkapi sekat-sekat kekosongan hati yang  tertawan.


Kuhirup bau hujan yang menyegarkan sejenak garba penciumanku. Kutatap jalanan basah dengan kemudian lalang orang, pulang dari letih untuk mendaratkan pelukan di kediaman yang hangat. Alangkah saya merindukan faktor itu. Telah habis masaku menbohongi hati. Inilah yang terjadi, gimana dapat saya tidak menghadap mu di malam hujan, sedangkan kau menjadi satu-satunya argumen kerinduan yang ingin kutemui saat hujan datang.


Bintang-bintang meredup, bulan jangankan, mataku terus mengabur, berkaca basah, pecah serta melebur dalam hampa. Saya tidak sempat sangatlah takut akan- akibat mencintai sejenis ini.

    Bukankah kasihsayang pada akhirnya rutin membikin person berubah? Dari waras menjadi gila, dari awas menjadi buta, dari lemah menjadi kuat, dari kecewa menjadi tersanjung. Serta lumayan banyak perubahan-perubahan yang tidak dapat kujelaskan. Sangat ajaib, sangat misteri.


Lalu telahkah kau mengalami kemajuan itu? Kami tidak sempat berjanji, kau pun tahu saya tidak sempat menyukai butir-butir janji manis yang semu serta hanya menguap pada letupan bibir. Buatku tidak semudah itu, bahkan loyalitas saja tidak lumayan menjaga dua hati tanpa adanya perjuangan serta pengorbanan. Klise? Terbukti. Tapi andaikan untuk mengikat janji saja begitu rapuh, kemudian gimana dapat mengupayakan untuk bersatu?


Sekarang harus gimana lagi? Mengetukmu bertubi-tubi juga tidak kunjung membikin kami bersua, tapi kau tenang saja, saya bukanlah person yang dengan gampang  menyerah tanpa ada argumen jelas untukku sangatlah meninggalkan. Tapi semestinya kau, saya juga perlu satu keputusan. Andaikan merasa sama, kenapa harus mengelak, kenapa harus versus hati? Meleburlah, silakan berlangsung beriringan serta saling menggenggam tangan.


Entah ini telah ke berapa kali seduhan. Ku ingin kau menikmatinya pula, secangkir kangen dengan dua sendok kehangatan, serta satu sendok kemurnian. Nikmati serta teguklah ditengah bau hujan.