Berlangganan

Sebuah Puisi: Senja di Ujung Harap






Sebuah Puisi: Senja di Ujung Harap
danbo melalui https://www.google.co.id/search?q=danbo&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiovfGh4qfJAhWSBY4KHX0kBDoQ_AUIBygB&biw=1440&bih=

Entah gimana lagi tutorial yang harus kulakukan supaya membuka sedikit matamu. Supaya engkau tau alangkah dalam rasa yang sudah hadir, sejak kau ada disini, didalam hati. Saya hanya dapat menjadi seorang yang layaknya pecundang, mengekspresikan semua rasa serta asa lewat sebuah tulisan. Bisa jadi saya lemah, ataukah semua sangat menyakitkan?

Kenyataan gimana lagi yang harus kuterima?

Aku hanyalah opsi keduamu, yang rutin ada tanpa kau minta. yang rutin peduli walau teracuhkan, yang tetap berdiri disini saat kau tinggalkan. AKu tidak rugiinya. Hanya saja saya meratapi, gimana dapat berlangsung sejauh ini.

Senja hanya tertawa, padahal saya menangis dibawahnya.

Bukan sebab dirinya tidak peduli, senja hanya sudah kekurangan kata. begitupula dengan makna.







Lalu gimanakah saya seusai kepergianmu?

Aku tetap disini, dengan serpihan hati yang sudah kau hancurkan. Dengan hati serta perasaan yang sama, pastinya untukmu. Untukmu yang sudah dengan sengaja meninggalkanku, menyuruhku berangkat begitu saja dari kehidupanmu. Sementara kau tau dari dulu sebenarnya tersanjungku merupakan dirimu.



Sekarang, kau minta saya untuk meneruskan kehidupanku, kau ingin memandangku tersanjung, sementara kau tau semua argumen dibalik hal-hal itu hanyalah dirimu, senyummu. Lantas gimana saya akan- tersanjung serta meneruskan kehidupanku andaikan itu tanpa kamu? :") sama saja halnya dengan kau menyuruh seekor burung terbang seusai kau patahkan sayapnya, tetap mampukah ia terbang?



Aku tetap disini des :)

Sebagai seorang yang sempat kau kuatkan kemudian kau patahkan. Seorang yang sempat tersanjung serta tertawa denganmu kemudian tersenyum miris. Seorang yang (masih) rutin mencintai serta menyayangimu. Seorang yang tetap setia walau hanyalah yang kedua, seorang yang rutin berusaha menuruti semua maumu. Seorang yang rela menjadi sandaranmu saat engkau menangis sebab person yang kau cintai, aku, saya yang rutin tersenyum diatas semua sakitku, yang rutin mendoakan yang paling baik untukmu, yang rutin mendoakan ketersanjunganmu. AKu yang sabar mendengarkanmu bercerita mengenai "dia". Mungkinkah sebuah saat kelak saya akan- kau rindukan?



Setidaknya saya sempat mempunyai harap. Untuk rutin bersamamu, untuk ketersanjungan kita. Walau sekarang saya hanya dapat menatapmu dari kejauhan, menjagamu dalam setiap untaian doa serta percakapanku dengan Tuhan. Sungguh, kalian tetap yang terindah des, saya sangat menyayangimu dengan hatiku. bisa jadi itu pula argumen kenapa saya terluka begitu dalam saat ini, bahkan lebih dalam ketimbang harus memandangmu bersamanya.



Entah berapa lumayan banyak airmata yang tergelincir saat ku tulis tulisan ini. boleh jadi kenapa begitu dalam semua rasa ini, saya sudah tergelincir sejatuh jatuhnya. Akan- tetapi saya tidak rugi des, sekiranya saya sudah bekerja keras hingga engkau yang memintaku untuk pergi.

Jika kalian pikir sekarang saya menyerah, jawabannya tidak. Saya tetap berjuang, walaupun sekarang saya bekerja keras sendiri...