Berlangganan

Sejuta Pesona Tionghoa






Sejuta Pesona Tionghoa
Kampung China melalui http://annisaharahap.blogspot.com

Dari sekian lumayan banyak kebiasaan di dunia, salah satu kebiasaan yang memikat perhatian aku adalah kebiasaan Tionghoa yang identik dengan rakyat China (RRC) alias Mandarin. Boleh jadi kenapa aku merasa kebiasaan yang dianut oleh setengah besar ras Mongoloid tersebut unik dengan kekonfidenan serta simbol-simbolnya. Aku belum ada rezeki untuk mengunjungi ke negeri tersebut. Padahal ingin sekali berbaur serta membutuhas wawasan dengan rakyat setempat serta mendalami beberapa kebiasaan yang dimilikinya. Traveling hari ini ditutup dengan mengunjungi Kampung China. Destinasi yang pas banget untuk membeli beberapa macam oleh-oleh unik pada keluarga, sanak famili, sahabat, serta kawan. Serasa baru pulang dari China githu lhooh....hahahhaa.

“Apapun kebiasaan serta kekonfidenan tersebut wajiblah dihormati serta dihargai, tak sewajibnya disparitas memunculkan cekcok”. Begitulah kutipan dari seseorang Bunda paruh baya yang aku temui di Kampung China. Kala itu aku sedang hunting mainan kunci untuk oleh-oleh. Tatkala memilih mainan kunci, aku merasa aneh. Biasanya, andaikan aku memasuki suatu toko, pemilik toko akan- langsung menyambar dengan sambutan serta senyuman paling hangat disertai kata-kata persuasif supaya terpengaruh untuk membeli barang niagaannya. Telah hampir lima menit aku mondar-mandir tak ada tanda-tanda keberadaan pemilik toko. Aku berinisiatif masuk lebih dalam ke toko tersebut lalu melongok sambil menyatakan “Permisi, gantungan kunci yang ini harganya berapa?” Lalu aku terdiam, opsss.....nyatanya pemilik toko sedang shalat. Aku menantikan di luar.

“Maaf Dik, tadi mau beli yang mana?”, sosok perempuan paruh baya menghampiri, tetap dalam balutan mukenah putihnya. Proses transaksi jual-beli akhirnya berjalan. Bunda yang ramah, membikin aku berani bertanya, “Maaf Bu. Bunda muslim?”.

“Terbuktinya kenapa?”, Bunda tersebut senyum seraya memberi bingkisan niagaan yang hendak aku beli.

“Dari perawakan Ibu, aku pikir Bunda adalah person Tionghoa. Tionghoa biasanyakan beragama Budha”. Cengar-cengir aku jawab pertanyaan Bunda tersebut.

“Saya terbukti generasi Tionghoa, tapi aku muslim enggak Budha, cocoknya aku muallaf”, jelas Bunda tersebut dengan dialek bahasa Mandarin yang tetap terasa.

“Oh....Alhamdulillah, maaf ya Bu aku telah salah mekualitas. Ibu, boleh kami berbincang-bincang serta bercerita mengenai opsi Bunda menjadi muallaf?”, curiga kalimat tanya tersebut akhirnya terlontar sambil menyeruput teh gelas di tangan supaya terlihat tak sangat serius heheheh.

“Boleh, kalian mau tanya apa? Bunda menerimakan anugerah tersebut di masjid Lautze, Glodok Jakarta Barat. Berawal dari rasa penasaran, sebab kecukup banyakan kawan sebangsa menghampiri mesjid tersebut lalu belajar disana, sampai mereka menjadi muslim. Masjid tersebut adalah letak perbauran muslim Tionghoa. Lebih jelasnya kalian kesana saja”, lumayan banyaknya hadirin membatasi pemaparan Bunda tersebut.

“Baik Bu, semoga aku diberi peluang untuk kesana, semacamnya Bunda lumayan banyak pembeli. Maaf telah mengganggu. Mulanya aku tak mengenal sama sekali akan- info masjid tersebut. Terimakasih ya Bu, melewati Bunda aku jadi ingin lebih mengenalnya”.

Camera Pocket aku low baterai untuk mengkekalkan wajah Bunda tersebut. Hari terus petang. Sayang sekali, ini hari terakhir aku traveling. Besok pagi aku telah harus kembali ke kota Tapis meneruskan studi yang ditinggal sejenak. Padahal ingin sekali mengunjungi masjid tersebut. Dilain peluang, masjid Lautze akan- menjadi nominasi the next traveling destination. Demi memulihkan rasa penasaran serta ingin lebih mengenal informasi, faktor tersebut aku search melewati sosial media. Soal berkunjung, semoga dilain hari diberi peluang. Amin.
1. Arsitektur bangkitan yang ditampilan ala Tionghoa

Kampung China melalui http://annisaharahap.blogspot.co

Terletak di Kota Wisata alias yang dibilang juga dengan “Kota Sejuta Pesona” Cibubur, Jakarta Timur. Kampung China adalah salah satu windows shopping yang memasarkan beberapa pernak-pernik khas Tionghoa. Kampung ini lumayan banyak dikunjungi pada saat menjelang Imlek serta weekend. Jangankan harga jual barang di pasar tradisional ini tergolong miring. Dahulunya Kampung ini hanya diperuntukkan bagi rakyat setempat (rakyat yang menetap di perumahan Kota Wisata saja), akan- tetapi seiring bergulirnya waktu, info mengenai Kampung China tersebar ke beberapa penjuru jadi kampung ini lumayan banyak dikunjungi oleh hadirin dari beberapa daerah bahkan wisatawan asing.





2. Lumayan lumayan banyak pernak-pernik ala Tionghoa

Kampung China melalui http://annisaharahap.blogspot.com

Salah satu pernak-pernik Tionghoa yang memikat perhatian aku adalah lampion alias lentera merah dengan wujud serta warna yang unik. Lampion lumayan banyak digantung pada atap bangkitan rakyat Tionghoa untuk melambatgkan penerangan hidup demi menggapai kebersamaan & persatuan, kesuksesan dalam bisnis, spirit, serta ketersanjungan. Tidak hanya itu, lumayan banyak patung, hiasan dinding, vas bunga, keramik, gantungan kunci serta miniatur lainnya berwujud singa, ikan, naga, serta lambatg-lambatg shio. Singa dikonfideni bisa membubarkan makhluk-makhluk lembut yang menganggu serta menghalau kemenyesalan dalam hidup. Ikan adalah makanan idola rakyat Tionghoa, juga adalah lambatg keberuntungan demi menginginkan rezeki yang berlebih, hidup yang sehat, tersanjung serta usaha yang lancar. Shio adalah simbol fauna yang dipakai untuk melambatgkan tahun dalam Astrologi Tionghoa sesuai dengan kalender Imlek.

3. Semua simbol serta adat tersebut merujuk pada pengharapan hidup yang makmur, tersanjung, serta sejahtera.

Kampung China melalui http://annisaharahap.blogspot.com

Masih lumayan banyak simbol-simbol alias lambatg-lambatg serta kebiasaan unik rakyat Tionghoa lainnya yang tak bisa dibeberkan satu-persatu. Kesimpulan yang aku bisakan adalah, kesemua simbol serta adat tersebut merujuk pada pengharapan hidup yang makmur, tersanjung, serta sejahtera. Semua person pasti menginginkan penghidupan yang demikian, terlepas dari beberapa macam kekonfidenan untuk merealisasikannya.



4. Tipe Pasar Trasisional

Kampung China melalui http://annisaharahap.blogspot.com

Layaknya pasar tradisional, Kampung China penuh dengan hingar-bingar para penjual serta pembeli. Tidak hanya pernak-pernik khas Tionghoa, pasar ini juga menyediakan beberapa macam barang elektronik, aksesoris pada umumnya, fashion pada umumnya, perlengkapan masak, permemadaian dapur, serta beberapa kios-kios yang menjajakan makanan serta minuman ala Tionghoa serta ala Indonesia. Tatkala memasuki wilayah Kampung China, kalian akan- berhadapan dengan Gerbang Kemakmuran. Gerbang tersebut melambatgkan andalan para penjual serta pembeli yang masuk menerimakan kemakmuran.

5. Identik warna gold & merah

Kampung China melalui http://annisaharahap.blogspot.com

Pakaian serta pernak-pernik rakyat Tionghoa dipenguasaan oleh warna merah serta gold. Warna merah mengfotokan keadaan yang terang serta ceria dalam hidup rakyat Tionghoa, juga melambatgkan loyalitas, kemakmuran, serta keberuntungan. Warna kuning kejayaan melambatgkan uang. Filosofi warna gold adalah andalan supaya melahirkan lebih lumayan banyak rezeki.

Selanjutnya ada beberapa tulisan ucapan selamat, biasanya dalam wujud bahasa Mandarin dengan huruf berwarna kuning kejayaan alias hitam, sedangkan warna dasarnya adalah merah. Ucapan selamat sejenis “Gong Xi Fa Cai [????]” artinya selamat menerimakan rezeki. Fu [?] adalah tulisan Mandarin yang bermakna tersanjung, Chun [?] artinya musim semi. Musim semi adalah musim paling baik bagi rakyat Tionghoa dimana adanya festival musim semi alias seremoni Imlek. Ada juga sejodoh puisi (Dui Lian [??]), alias puisi musim semi yang biasanya ditempelkan pada segi kanan serta kiri pintu. Puisi tersebut adalah andalan serta do’a penduduk Tionghoa untuk era depan serta hidup yang lebih baik di era yang akan- datang.